SOROT 234

Kim Jong-un, Jenderal Bocah Pemain Nuklir

latihan militer korea selatan
Sumber :
  • REUTERS/Lee Hae-ryong

VIVAnews - Bocah "kemarin sore" dari Korea Utara itu rupanya mampu membuat dunia ketar-ketir. Awalnya dia dianggap bisa menampilkan wajah Korut lebih ramah, lantaran Jong-un lulusan pendidikan di Barat. Tapi ulahnya sama saja dengan para pendahulunya: nekat, dan agak gegabah.

Iran Serang Israel, Ini Imbauan KBRI Teheran pada WNI

Kim Jong-un menggantikan ayahnya, Kim Jong-il, yang mangkat Desember 2011. Kim kecil memang telah disiapkan menjadi penerus trah pemimpin di negara komunis itu. Dia usia muda, 27 tahun, dia diangkat menjadi jenderal, dan mungkin menjadi pemimpin militer termuda di dunia.

Tak banyak yang tahu soal latar belakang kehidupan Jong-un. Yang jelas, dia adalah anak bungsu Kim senior yang dipilih meneruskan kepemimpinan. Dua kakak-kakaknya dianggap tidak becus.

Logitech G Pro X 60 Lightspeed, Dirancang Ringkas untuk Menang

Kim Jong-nam, kakak tiri Kim Jong-un, mencoreng nama keluarga lantaran memasuki Jepang memakai paspor palsu pada 2011. Dia mengaku hendak mengunjungi Disneyland. Kakaknya yang lain Kim Jong-chol, menurut laporan mantan chef Kim Jong-il, telah lama dicap ayahnya sebagai pria "kemayu".

Kim Jong-un pun jadi favorit dalam keluarga. Dia tenang, dan karakternya mirip kakeknya, Kim Il-sung, si pendiri Korut. Kim juga pemuda pemalu, dan gemar bermain basket.  Dia bersekolah di Swiss, dan di negara itu, kabarnya dia dikawal oleh agen yang menyamar sebagai murid.

Juventus Gantung Nasib 2 Pemain

Banyak yang mengira sekolah di negara Barat akan mengubah pemahamannya soal demokrasi. Namun ternyata tidak. Gaya politik Kim masih mengekor kebijakan lama ayah dan kakeknya, yaitu mengedepankan militer. Korut memiliki angkatan bersenjata terbesar keempat di dunia dengan 1,2 juta personel.

Dalam politik luar negeri, Jong-un juga tidak berubah. Dia tetap pada kebijakan tak akan bersahabat dengan Korea Selatan jika Lee Myung-bak masih memimpin. "Politisi-politisi bodoh di seluruh dunia, termasuk Korea Utara, jangan berharap kami akan berubah," kata Komisi Pertahanan Nasional Korut dalam pernyataannya Desember 2011.

Ketika Jong-un naik tahta, Korut kembali berulah. Tahun lalu, Korut dua kali meluncurkan roket ke luar angkasa. Mereka berdalih itu adalah satelit penelitian. Namun, masyarakat internasional tidak terkecoh. Mereka menuduh Korut tengah melakukan uji coba rudal balistik. Ini melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB 1718.

PBB menjatuhkan sanksi. Kim Jong-un geram. Apalagi ditambah latihan gabungan AS-Korsel di Semenanjung Korea.  Dia lalu mengancam akan menyerang Korsel dan AS. Kim juga menyudahi status gencatan senjata dengan Korsel yang berarti kedua negara kembali berperang.

Tak tertebak

Ancaman demi ancaman berdatangan dari Korut, tapi belum ada yang terbukti. Banyak yang mengatakan ini cara Kim agar dipandang "tangguh" oleh musuh-musuhnya.

"Kim Jong-un ingin meningkatkan citra dirinya. Dia mencoba menjadi orang tangguh. Dia baru 29 tahun, dan dia terus berkembang, dan saya tidak tahu apakah dia bisa kembali menjadi dirinya sendiri lagi," kata anggota kongres AS Peter King.

Namun, kata King, sebaiknya ancaman itu tidak dipandang omong kosong. Soalnya  Kim muda itu sulit ditebak. Hal serupa juga disampaikan Sung-Youn Lee, profesor fakultas hukum dan diplomasi Universitas Tufts di Boston, Amerika Serikat.

"Saya kira selalu ada ruang untuk salah kalkulasi, dan ada saat situasi berada di luar kendali. Tapi dia masih mengikuti permainan yang dibuat oleh ayah dan kakeknya," kata Lee.

Telah menjadi pakem sejak lama, Korut mengeluarkan ancaman kosong. Ini dimaksudkan memancing kesepakatan dengan negara tetangga dan sekutunya. Biasanya, Korut akan diberikan bantuan dana atau pangan jika ingin menghentikan tindakannya.

Namun, yang menjadi masalah adalah Kim berbeda dengan ayah dan kakeknya yang kaya pengalaman. Kim muda dianggap masih sangat hijau. Dia tak punya rekam jejak panjang dalam memerintah. Dikhawatirkan, dia mengambil keputusan nekat lantaran jiwanya masih labil.

"Ada kekhawatiran, mungkin, tak seperti ayahnya, pemuda ini tak tahu sampai mana batasan dia harus berhenti mendesak," kata Victor Cha, anggota Dewan Keamanan Nasional AS era Presiden George W Bush.

Namun yang paling menakutkan tak ada orang yang kenal baik pribadi Kim. Para ahli militer AS dan Korsel jadi sulit menentukan sikap. Khawatir jika salah langkah, hasilnya akan fatal.

"Kita tak tahu pandangannya soal dunia. Kita tak tahu bagaimana kendalinya atas persediaan nuklir Korut. Apakah dia menganggap Korsel, dan AS sebagai macan ompong, kita tak tahu. Semakin banyak aksinya, semakin membuat kita khawatir," kata Cha.

"Saya yakin ayahnya lebih rasional, atau setidaknya punya orang-orang di sekelilingnya yang akan mencegahnya berbuat bodoh. Permainan macam ini pernah dimainkan dengan sukses oleh kakeknya. Tapi saya tidak yakin dengan Kim muda ini," Cha melanjutkan.

Orang-orang di sekitar Kim

Kim muda tak kerja sendiri. Menurut sejumlah pengamat, ada sosok-sosok pengendali di balik punggungnya yang menjadi aktor besar pengambilan keputusan di pemerintahan Korut.

Di antara yang paling berpengaruh adalah paman dan bibinya, yaitu Kim Kyong-Hui dan suaminya Jang Sung-Taek, 66 tahun. Keduanya dilaporkan ditunjuk oleh Kim Jong-il membantu putranya mengendalikan pemerintahan dan militer Korut.

Jang dan istrinya terlihat duduk mengapit Kim pada pertemuan komite pusat Partai Pekerja. Saat itu, Kim mengeluarkan komentar yang membuat AS dan Korsel semakin cemas. "Kami bersumpah menjadikan senjata nuklir sebagai harta negara, dan tak akan menukarkannya walaupun dengan uang miliaran dolar," kata Kim saat itu.

Kim muda butuh pendamping. Ia tidak seperti ayahnya yang telah ditempa puluhan tahun menjadi pemimpin negara dan militer. Kim masih hijau, dan dia kelihatan seperti pemimpin “karbitan”.

"Mereka terburu-buru membentuk citra Kim sebagai pemimpin militer demi mendapatkan penghormatan dan kendali. Dan yang melakukan semua itu adalah Kim Kyong-hui dan suaminya Jang," kata Jeung Young Tai, peneliti senior di Korea Institute for National Unification.

Kim Kyong-hui, adik perempuan Kim Jong-il ini telah menjadi tokoh politik berpengaruh di Korut sejak 40 tahun terakhir. Dia diangkat jadi jenderal bintang empat pada 2010, dan ditunjuk menjadi direktur Departemen Bimbingan dan Organisasi di Partai Pekerja. Ini adalah posisi paling strategis di partai itu.

Suaminya, Jang Sung-Taek, adalah orang dekat Kim Jong-il, dan memimpin garda nasional. Tugasnya melindungi kepala negara. Jang juga andalan dalam mendongkrak perekonomian Korut. Dia mengunjungi sejumlah kota di China meniru kesuksesan ekonomi negara itu.

Menurut sumber intelijen Korsel, Jang sering berseberangan dengan militer Korut. Dia dikabarkan sempat menentang rencana peluncuran rudal jarak jauh Desember lalu, namun kalah argumen dengan istrinya.

Selain itu, ada tokoh kuat lainnya di Komite Militer Pusat Partai Pekerja yang turut membantu Kim. Dia adalah Choe Ryong-hae, 64 tahun. Choe tak punya latar belakang angkatan. Dia lebih berkarir sebagai birokrat partai dan punya andil sedikit dalam mengatur militer. Namun, bersama Jang, dia adalah pencetak citra Kim sebagai figur utama angkatan bersenjata Korut.

Tokoh terakhir adalah Kim Kyok Sik, menteri pertahanan dan komandan garis keras militer Korut. Dia diduga memerintahkan penyerangan kapal perang Korsel, dan pulau Yeonpyeong pada 2010. Pernah menjadi atase militer Korsel untuk Suriah tahun 1970an, Kyok Sik juga bikin ulah. Di negara itu, dia disinyalir melatih para pemberontak Ethiopia dan Turki. (np)

(Sumber:  ABC News, Christian Science Monitor, BBC)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya