Sri Sultan HB X

"Apa yang Salah dengan Langkah Sultan"

VIVAnews - MUNCULNYA nama Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai calon wakil presiden bagi Megawati rupanya memancing pro-kontra di kubu Partai Golkar. Sejumlah petinggi partai beringin menuding Sultan, yang juga anggota Dewan Penasehat Golkar itu, telah melanggar disiplin.

SIM Mati Bisa Diperpanjang, Tidak Perlu Bikin Baru

Muladi, salah satu Ketua Dewan Penasehat Golkar menghardik, “Seharusnya Sultan  mundur dari Golkar," ujarnya di Jakarta, Selasa pekan lalu. Pendukung langkah Sultan adalah Surya Paloh, Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar. “Apa yang salah dari langkah Sri Sultan?” ujarnya.

Surya memang rajin menyerukan koalisi Golkar dan PDI Perjuangan untuk Pemilu 2009. Dia melontarkan Ide itu saat bertemu Taufiq Kiemas pada satu lawatan di Jepang tahun lalu. Apakah makin merapatnya Sultan ke Megawati bagian dari manuver itu? Berikut petikan wawancara Surya Paloh dengan Wens Manggut dari VIVAnews, via telepon Kamis pekan lalu.

Sultan menjadi kandidat terkuat mendampingi Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan presiden 2009. Para petinggi Golkar tampaknya pecah menyikapi langkah itu. Sebagai Ketua Dewan Penasehat partai, penilaian Anda bagaimana?

Saya kira tidak ada perkembangan yang baru dalam politik Golkar. Ketua Umum sudah bilang bahwa kandidat presiden akan diputuskan setelah pemilihan umum legislatif April 2009. Selama belum ada pengumuman resmi, setiap kader sah-sah saja melakukan manuver politik.

Mengapa manuver itu dianggap sah ditengah Golkar sedang konsolidasi internal?


Apa yang salah dari langkah politik Sultan itu. Tidak ada sama sekali. Langkah itu pun tidak akan berdampak buruk bagi perolehan suara Golkar. Apalagi hingga kini partai belum memutuskan calon presiden. Sebelum ada keputusan partai soal calon presiden, apa yang dilanggar Sultan. Kecuali kalau calon presidennya sudah ada.

Salah seorang ketua Golkar, Muladi, mengatakan Sultan harus mundur karena melanggar disiplin. Artinya ada kode etik internal yang diterabas Sultan?

Masyarakat Diimbau Waspada Terhadap Penawaran Paket Umrah dan Haji Harga Murah

Saya kira Pak Muladi keliru. Langkah Sultan itu tidak buruk buat Golkar. Itu sah-sah saja. Toh partai ini belum menggelar musyawarah memilih presiden.

Sebagai Ketua Dewan Penasehat, Anda mestinya paham  betul apa yang sesungguhnya terjadi dengan partai Golkar.

Semua yang terjadi ini baru pemanasan. Jangan sakit perut dulu lah.  

Anda pernah melakukan manuver politik menyatukan PDI  Perjuangan dan  Golkar dalam pemilihan umum 2009. Anda membahas soal itu di Jepang dengan Taufiq Kiemas. Pertemuan itu berlanjut ke Jakarta dan Palembang. Sekarang Sultan jadi kandidat terkuat wakil Megawati. Petinggi Golkar lain menyalahkannya tapi Anda membela. Ada kesan langkah Sultan ini bagian dari manuver panjang Surya Paloh?

Ha..ha..haha. Kebaikan bangsa ini adalah harapan kita bersama. Sistem demokrasi baru berjalan kalau kita melakukannya bersama-sama. Sebuah kebijakan pun akan jalan kalau kita kompak. Kalau kita tidak bersama sayang sekali. Bodoh sekali kita ini.

“Kita” itu maksudnya PDI Perjuangan dan Golkar?

Kita semua lah. Semua anak bangsa ini.

Anda masih sering bertemu Sultan selama ini?

Iya. Minggu lalu saya baru pulang dari Kalimantan Tengah bersama Sri Sultan. Tentu saja saya sering bersama beliau, karena di Golkar dia anak buah saya.

Menurut Anda Sultan layak maju sebagai wakil presiden?


Sangat layak. Dia memenuhi semua syarat formal. Kapasitasnya bagus. Dari sisi indeks kepatutan juga layak. Dia kader senior partai. Pokoknya secara formal serba layak.

Anda punya saran bagaimana sebaiknya Golkar menyikapi langkah Sri Sultan itu?

Beri kesempatan kepada Sri Sultan. Jangan disalah-salahin dulu. Sultan perlu dibantu. Kalau tidak mau bantu, ya, jangan jelek-jelekin Sultan lah. Toh belum tentu terpilih juga. Selama ini politik kita selalu salah. Ada kader yang maju dianggap salah. Sebaliknya, kalau tidak maju dianggap sebagai pengecut. Selalu serba salah.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia

Pernah Dampingi Gibran ke Papua, Bahlil Bantah Tudingan Tak Netral

Bahlil Lahadalia merespons tudingan dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di MK. Ia dituding tak netral dengan mendampingi Gibran Rakabuming Raka ke Papua.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024